top of page

Cerita Aisyah Sriwulandari

Kevin Kegan.png

Hai perkenalkan nama saya Aisyah Sriwulandari, biar lebih akrab panggil aja Icha. Lahir dan besar di Makassar hingga jenjang SMA. Setelah lulus SMA saya melanjutkan kuliah ke Bandung. Saat ini sedang bekerja di Jakarta di perusahaan swasta salah satu pemasok perangkat telekomunikasi dan jaringan komunikasi. Bekerja setiap hari Senin-Jumat, terkadang kalau ada lembur bisa bekerja dari pagi hingga pagi, tapi setelah itu bisa libur seharian. Untuk mengimbangi kegiatan saya yang cuman itu-itu saja, saya aktif mencari kegiatan yang bisa bermanfaat untuk diri saya dan orang sekitar.

​

Pada tahun 2016 saya diajak teman untuk mengikuti kegiatan 1000 guru. 1000 guru sendiri mempunyai beberapa program salah satunya yang sering saya ikuti. Kebanyakan kegiatan 1000 guru yang meliputi traveling and teaching ini diadakan di pedalaman yang membuat saya semakin tertarik dan bisa bertemu dengan adik-adik yang mempunyai daya tarik belajar yang tinggi tetapi terbatas fasilitas.

​

September 2019 saya bertemu dengan Enrika Rahayu, dipanggil Anyo, dalam kegiatan 1000 Guru Purwakarta. Kegiatan yang berlangsung selama 2 malam 2 hari tersebut dapat mengakrabkan saya dengan Kak Anyo. Kami saling bertukar cerita sampai di mana Kak Anyo bercerita bahwa dia akan berangkat ke Pulau Natuna akhir September ini. Mendengar Kak Anyo bercerita saya merasa ingin ikut juga dalam kegiatan tersebut yang sepertinya seru ke pulau perbatasan Indonesia. Seminggu kemudian Kak Anyo memberikan kabar bahwa ada open recruitment ke Natuna. Mengingat supervisor saya yang baik hati bisa memberikan izin cuti 4 hari dengan sisa cuti saya yang 3 hari asal dengan alasan yang jelas, saya langsung mendaftarkan diri ke Bakti Nusantara pada hari itu juga. Setelah mendaftar dan menjalani wawancara, saya saya dinyatakan lolos. Di hari yang sama, saya langsung memberikan kabar kepada orang tua bahwa akan berangkat ke Natuna. Bapak akhirnya mengizinkan sebelum awalnya ada sedikit pertentangan, setelah saya menjelaskan bahwa BN adalah kegiatan yang sangat besar, mulia dan tidak dipungut biaya.

​

Sabtu malam beberapa relawan bermalam di mess Pringgodani karena esok harinya kita harus berada di Lanud Halim pukul 4 subuh dan akan take off pukul 6 pagi menggunakan pesawat Hercules dari Lanud Halim ke Lanud Raden Sadjad. Sesampainya di sana sekitar pukul 8 kami disambut hangat oleh pemerintah setempat dan langsung menuju ke Batalyon Komposit 1 Gardapati untuk menginap satu malam di Ranai. Setibanya di batalyon kami mengatur barang-barang logistik khususnya buku yang akan didonasikan3. Buku-buku tersebut dipisahkan sesuai kategori fiksi dan non fiksi. Makan siang dan makan malam kami semuanya adalah jamuan dari pemerintah setempat, yang terdiri atas berbagai ragam makanan, minuman dan buah-buahan khas Natuna. Bapak Sekretaris Daerah memberi dukungan penuh untuk kegiatan Bakti Nusantara di Natuna. 

​

Senin pagi kami berangkat ke Segeram melalui perjalanan darat satu jam, dilanjutkan dengan perjalanan laut satu jam menggunakan speed boat. Sekitar 15 menit lagi akan sampai, sinyal telekomunikasi sudah mulai hilang. Kemudian tibalah kami di Kampung Segeram yang sinyal 4G, 3G tak lagi ada, sinyal 2G hanya ada di titik tertentu. Bahkan listrik PLN pun belum masuk di Segeram, hanya mengandalkan genset dari pemerintah. Kami langsung melakukan kegiatan pertama yaitu kelas inspirasi yang penanggung jawab pelaksana adalah tim Inspirasi Nusantara termasuk di dalamnya saya sendiri, Kak Titis, Kak Gawat dan Kak Remi. Saya pun langsung menyapa adik-adik SD & SMP di kelas dengan ucapan ‘haaaii’ dan secara serempak mereka menjawab ‘haaloo’. Sekali lagi saya mengucapkan ‘haloo haloo haiii’ lalu mereka menjawab lagi lebih semangat ‘haii haii haloo’. Saya, Kak Gawat, dan Kak Remi memperkenalkan diri ke adik-adik dan begitupun sebaliknya kami menanyakan nama masing-masing siswa. Dalam kelas inspirasi ini kami membuat majalah dinding (mading) bersama yang dibuat menjadi 3 bagian yaitu kelompok pertama oleh adik-adik SMP, kelompok 2 oleh kelas 6-5-4, selanjutnya kelompok 3 oleh kelas 3-2-1. Isi dari mading tersebut adalah cita-cita, hasil karya tulisan tangan, gambar dan kesenian dari adik-adik Segeram. Pengerjaan mading dikerjakan hingga siang hari dan dilanjutkan makan siang bersama. 

​

Kegiatan di hari kedua dari tim inspirasi Nusantara antar lain kemah perdamaian, Taman Baca Masyarakat (TBM), capacity building guru, dan pelatihan menulis. Saya mengikuti kegiatan kemah perdamaian bersama tim MOP (Messengers of Peace) Pramuka. Kegiatan dimulai dengan upacara pembukaan, dilanjutkan dengan beberapa permainan. Selanjutnya saya membawa adik-adik SD ke SDN 010 Sedanau untuk kegiatan mewarnai. Di dalam kelas ini kami membagikan kertas gambar anak dengan tema pramuka yang akan diwarnai oleh adik-adik SD. Semuanya antusias untuk mewarnai, ada yang mewarnai dengan warna sebenarnya dan ada juga dengan kreativitas sendiri. Kemudian hasil mewarnai tersebut ditempel pada kelas masing-masing. Kegiatan mewarnai dilanjutkan dengan kegiatan pengelompokan cita-cita. Setiap anak punya cita-cita sendiri, ada yang ingin menjadi guru, dokter, polisi, tentara, pilot dan ada satu anak yang bernama Adef kelas 2 SD ingin menjadi presiden. Saya terharu mendengar mereka bercita-cita mulia. Semoga segala asa mereka dapat terwujud. Kegiatan untuk anak SD dilaksanakan hanya hingga siang hari, hanya pelajar SMP dan SMA yang melanjutkan kegiatan menginap di dalam kemah. Namun tidak sedikit pelajar SD juga ingin ikut bermalam di kemah. Malam hari ada kegiatan api unggun dan nonton bersama.

​

Pada hari ketiga di Kampung Segeram, saya turut membantu kegiatan tim Sehat Nusantara di bagian pemeriksaan tensi. Ini adalah pengalaman pertama saya menggunakan tensi yang mungkin cukup mudah bagi orang lain tetapi bagi saya cukup deg-degan karena langsung mengukur tensi puluhan pasien. Terima kasih kepada Kak Kunkun yang sudah mengajarkan saya cara menggunakan tensi. Pada hari tersebut hujan deras turun tetapi kegiatan tetap berjalan lancar. Hari ketiga merupakan hari terakhir kami di Kampung Segeram. Kami akan kembali lagi ke Ranai dan mengunjungi tempat wisata Kab. Natuna diantaranya, Jelita Sejuba, Alif Stone Park dan tempat pembelian oleh-oleh. Kami pulang menggunakan pesawat Fokker F28. Hampir dari kami semua baru pertama kali menggunakan pesawat tersebut.

Selama di Segeram saya melakukan pendekatan langsung ke adik-adik Segeram. Ada Jordi, Wahyu, Dika, Tia, Reni, Sara, Sifa, Risma, Ija, dan teman-temannya yang lain. Suatu sore di perpustakaan SMP saya dengan Jordi membaca buku sambil Jordi menceritakan kisah sejarah yang ada pada kampung Segeram, kisah petuah petuah terdahulu mereka. Saya sendiri bangga mendengarkan Jordi yang begitu antusias menceritakan kisah tersebut.

​

Salah satu tempat favorit saya di Segeram adalah taman baca masyarakat yang awalnya gudang Pak Heru yang disulap sebegitu menariknya oleh tim literasi. Letaknya di pinggir dermaga yang membuat kami nyaman membaca buku sambil menikmati matahari tenggelam. Selama di Segeram saya bersama Kak Gawat, Kak Ulil dan Kak Judith menempati rumah Pak Firman dan istrinya. Di pagi hari istri Pak Firman sudah menyiapkan bakwan beserta teh panas sebelum kami melakukan aktivitas di hari tersebut. Selama di sana kami disediakan makanan yang dimasak oleh warga Segeram sendiri. Ada ikan tongkol, lokan dan berbagai makanan yang saya lupa namanya. Makanan di sana serba pedas dan minumannya serba manis.

​

Semoga untuk BN di masa depan selalu ada setiap tahunnya, tetap menebar inspirasi semangat kepedulian, kemanusiaan, persaudaraan dan gotong royong untuk mendorong pembangunan di wilayah 3T (terdepan, tertinggal dan terluar) Indonesia. Semoga tahun depan di Nabire, Papua, saya masih bisa ikut andil dalam kegiatan BN. Semoga selalu banyak bantuan donasi dari para donatur yang baik di luar sana. Untuk usulan BN yang akan datang tetap menjaga kekompakan, kebersamaan dan tetap bahagia di manapun berada. Bahagia itu menular. Mari terus semangat menebar kebaikan.

bottom of page