Menjadi Bagian dari Bakti Nusantara
​Harry M.
Halo, nama saya Harry. Saat ini saya sedang melanjutkan sekolah untuk menjadi ahli jantung di FKUI dan saya akan menceritakan pengalaman saya bersama Bakti Nusantara.
​
Tahun ini saya merasa sedih sekali karena batal berangkat mengikuti Bakti Nusantara di Natuna. Saya sudah membayangkan serunya berangkat bersama rekan-rekan relawan lain dengan pesawat Hercules dan tinggal beberapa hari di Natuna, namun sayang ada kendala bagi saya di detik-detik akhir keberangkatan sehingga yang bisa berangkat hanyalah materi yang sudah saya siapkan. Kendalanya apa? Ah mungkin itu tidak penting untuk diceritakan di sini karena yang paling penting adalah apa yang saya rasakan selama dan sebelum menjadi relawan Bakti Nusantara.
​
Saya pertama kali mengikuti BN pada tahun 2018 di Serang. Ketika itu tugas saya memberikan penyuluhan kesehatan dan menjadi dokter RS Lapangan. Ada sekitar 500 orang yang datang berobat ke RS lapangan yang kami dirikan. Berbagai keluhan dan masalah disampaikan masyarakat ketika datang kepada kami dan selalu muncul perasaan bahagia setiap selesai memberikan bantuan kepada mereka. Rasa bahagia yang dalam namun sederhana karena merasa bisa menjadi bagian dari jawaban atas masalah yang pasien-pasien ini hadapi. Meninggalkan bekas yang menyemangati saya untuk belajar lebih lagi untuk bisa lebih banyak membantu orang-orang yang membutuhkan ini.
​
Sayangnya rasa bahagia ini juga diikuti dengan cemas karena mengetahui setelah mendapatkan bantuan dari kami, pasien-pasien ini akan menghadapi masalah yang sama lagi dan belum tentu ada lagi yang datang membantu mereka dalam waktu dekat. Pasien-pasien ini juga menjadi potret kecil dari begitu banyaknya masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia di wilayah lain. Memikirkannya kadang membuat putus asa. Masalah yang dihadapi masyarakat seakan tidak ada habisnya. Langkah-langkah solusi yang selanjutnya diambil memang perlu lebih strategis.
​
Banyaknya masalah ini memang harus diurai satu persatu dengan kecerdikan dan kesabaran. Tidak banyak orang yang memiliki sikap mental seperti ini, tetapi saya bertemu banyak orang-orang bermental baja ini di Bakti Nusantara. Para pionir dan pendiri Bakti Nusantara merupakan orang-orang pintar luar biasa dan sangat menginspirasi. Saya ingat pernah diceritakan oleh mereka tentang sekelompok anak-anak yang membantu mengembalikan begitu banyak ikan yang terdampar di pantai untuk dapat kembali ke laut. Anak-anak ini tahu bahwa mereka tidak akan bisa membantu semua ikan yang terdampar tepat waktu, tetapi mereka tetap tidak putus asa melanjutkan usaha mereka karena bagi ikan-ikan yang ditolong, tindakan anak-anak itu menyelamatkan nyawanya. Menolong sebagian sama seperti menolong semuanya.
​
Kemajuan teknologi saat ini memudahkan manusia untuk mendapat informasi dengan mudah. Gerakan Bakti Nusantara yang dengan berani menyasar daerah 3T dan daerah terluar Indonesia saya percaya akan menjadi gelombang semangat baru yang akan menginspirasi berbagai elemen masyarakat untuk berani keluar dari zona nyaman. Membuka mata akan luas dan indahnya Indonesia sekaligus menyampaikan pesan begitu tidak meratanya taraf hidup masyarakatnya. Para pemimpin nasional sudah mulai merasakan gelombang yang diciptakan oleh Bakti Nusantara. Para pemuda Indonesia pun terlihat sudah tidak sabar ingin melakukan sesuatu untuk bangsanya, oleh karena itu saya yakin Bakti Nusantara akan menjadi patron yang mewadahi sekaligus menginspirasi mereka.
Saya bangga bisa menjadi bagian dari Bakti Nusantara. Semoga semakin banyak wilayah di Indonesia yang bisa merasakan manfaat dari kegiatan kami.