top of page

Cerita Desyatri Parawahyu

DSC04134_edited.jpg

Awal mula mengetahui kegiatan Bakti Nusantara berawal dari relasi dengan Mas Ibnu, dimana beliau adalah dosen tamu di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Beberapa pekerjaan sebelumnya sudah dilakukan dengan beliau, akhirnya tibalah saatnya Mas Ibnu memberitahu bahwa pihak YTBN membutuhkan bantuan dalam bentuk kerjasama yaitu berupa dokumentasi. 

 

Penjajakan kerjasama dilakukan dari mulai rapat perdana dengan Bang Dito, Bang Assed dan abang kakak lainnya. Lalu seiring berjalannya waktu, diputuskanlah kerjasama bukan hanya dalam bidang dokumentasi, yaitu pengabdian.

 

Pertama adalah, keinginan yang sudah sering muncul untuk menjadi relawan. Mungkin bingung mau mulai dari mana untuk menjadi seorang berderma. Tapi dengan kesempatan ini, saya dapat merealisasikannya dan mewujudkan mimpi yang sebenarnya saya baru sadari setelah kegiatan ini selesai, bahwa menjadi relawan adalah salah satu bagian dari mimpi saya.

 

Kesan perjalanan menuju Aik Mual adalah: "Panjanggggg…” hahaha. Dari mulai pra keberangkatan, kami terus memastikan bahawa tidak ada yang miss dari rencana kami. 21 Juni, kami bersiap naik kereta rute Jogja-Banyuwangi, lalu dilanjut esok harinya naik kapal. Horeee! Rute kapal dari Banyuwangi menuju Lembar (Lombok). 

 

Saat di kapal banyak hal menarik, utamanya senja yang dinanti. Banyak inspirasi keluar dari senja yang kami lihat saat itu. Kami pun iseng mencoba live instagram saat itu, dan diikuti oleh beberapa teman-teman kami. Seruuu, melihat lautan membentang luas, membayangkan kehidupan adalah titik perjuangan yang tidak berujung seperti lautan.

 

Lanjuttt, setelah 13 jam perjalanan, sampailah saat tiba di Lombok jam 1 malam, kami masih harus menunggu teman-teman rute Surabaya Lembar. Kami sampai ke Mess TNI pukul setengah 4 pagi tanggal 23 Juni 2022. Perjalanan yang panjaaaang tapi bermakna. Tak sampai di situ, kami memulai dengan berdoa untuk berangkat ke lokasi Aik Mual. 

 

Dan tibalah kami di Aik Mual. Amazing. Awalnya bingung karena nggak banyak yang kenal, tapi diri ini terus memaksa bahwa bergaul, ngobrol itu penting banget bagi kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Dan saya merasa speechless, dan berusaha semaksimal mungkin untuk bermanfaat bagi sekitar. 

 

Dalam keseharian, saya nggak sadar bahwa sebenarnya saya berusaha mengabdikan hidup saya bagi orang-orang sekitar saya. Di Aik Mual pun begitu, tapi ternyata saya mendapat banyak hal dari warga Aik Mual dan seluruh relawan, bahwa bermanfaat bukan berarti saya kehilangan diri saya, tapi justru malah menyempurnakan keping-keping yang hilang untuk mendapatkan energi positif menghadapi dunia.

 

Kalau ditanya momen berkesan saat berkegiatan bersama Bakti Nusantara, jawabannya banyaaak hahaha. Salah satunya bisa berkenalan oleh seluruh relawan YTBN dari berbagai latar belakang yang berbeda. Menurut saya mereka semua telah melepaskan jas ‘profesi’ mereka untuk sepenuhnya mengabdi pada masyarakat.

 

Dan untuk warganya, unexpected. Saya sering main di rumah belakang sekolah, dan mereka semua senang menyapa saya, ngobrol, dan pernah bilang bahwa saya cantik bukan dari segi fisik, tapi hatinya. Ya Allah, seumur hidup baru kali ini ada orang baru dikenal dan bisa berkata seperti itu. Saya pun tertegun..."

 

Dan saya melihat betapa warga di sana senang banget akan kedatangan para relawan. Mereka penuh syukur menyambut kami. 

 

Oh iya, ada cerita menarik saat inak (nenek) yang tinggal di belakang sekolah, pertama kali bertemu dengan saya langsung menanyakan apa saya masih gadis atau sudah janda hahahaha pertanyaan yang unikkk.

 

Lalu Inak pun beberapa kali saat saya mondar-mandir ke rumahnya, ia sering meminta saya untuk mampir ke rumahnya, dan menyuruh saya untuk tinggal di rumahnya hahaha (gak tau maksudnya apa). Pun ada warga lain seperti pasangan suami istri Bu Ira dan suaminya berkata meminta saya agar tinggal setahun di Aik Mual untuk mengabdi dan mengajar. Apakah ini pertanda bahwa mimpi-mimpi saya akan terwujud?

 

Saat akan meninggalkan Aik Mual, saya merasa sedih, juga haru. Dan ketika menyadari bahwa ternyata saya bisa bermanfaat untuk sekitar, bahkan dalam hal kecil, contohnya senyum dan menebar tawa untuk sekitar, sungguh luar biasa. Karena saya gak suka sedih-sedih, jadi semua saya buat tertawa hahahah.

 

Dan beberapa hari berkegiatan bersama para relawan, satu kata untuk mereka semua: Keren. Saya seperti melihat perwujudan dari kalimat bahwa mengabdi adalah level tertinggi sebagai sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat.

 

Fokus untuk membangun negeri, ini adalah contoh nyata yang saya lihat, dimana sebelumnya belum pernah saya merasakan atmosfer gotong royong ini.

 

Dan kalau ditanya lagi apakah ada momen yang berkesan bersama para relawan, sebenernya karena banyak yang berkesan jadi bingung hahaha. Ini aja deh, yaitu ketika tim UII turut serta membersihkan kamar mandi mushola di Dusun Aik Mual, berdasar inisiatif Pak Herman. Kesannya gak bisa diungkapin sih, karena ini berasa banget bahwa kita tetap gak boleh ninggalin Sang Maha Pencipta.

 

Semoga Bakti Nusantara terus bisa menginspirasi sekitar dan Nusantara, bahkan dunia, bahwa berderma tidak harus melakukan hal besar, dari hal kecil pun kita bisa bermanfaat. Sukses dan maju terus untuk membangun negeri!


 

Desyatri Parawahyu Mayangsari (Yogyakarta) - Tim Dokumentasi 

Tim Prodi Ilmu Komunikasi UII

IG: @desyatriparawahyu

Linked In: Desyatri Mayangsari

bottom of page