top of page

Cerita Donny Pramudya Mahardi

Screenshot 2021-11-10 121719.png

Saya Donny Pramudya Mahardi, berdinas di TNI-AD dengan pangkat Mayor korps Zeni, saat ini sedang menjabat sebagai Komandan Satuan Pendidikan Tamtama, Pusat Pendidikan Zeni, Kodiklat TNI-AD, kedudukan satuan di Bogor. Saya suka berolahraga lari dan sepak bola, yang Alhamdulillah, sudah 2 tahun ini tidak bisa saya jalankan karena cedera ACL (Anterior Cruxificial Ligamen).

 

Keterlibatan saya di Bakti Nusantara berawal tahun 2017 melalui rekan saya Aryo Asto Saloko dan RAB. Gandhi untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan sekolah untuk Bakti Nusantara di Sekon, NTT. Ketika Aryo menunjukkan kepada saya foto kondisi sekolah yang akan kita bangun, beratap daun dan berlantai tanah, saat itu juga saya bersemangat untuk bisa terlibat.  Menghitung kebutuhan semen, batu bata, pasir, besi sudah menjadi makanan pokok, karena memang melaksanakan pembangunan sipil sederhana sudah menjadi “spesialisasi” saya semenjak awal-awal berdinas, terutama ketika masih berdinas di Grup-1 Kopassus, Serang, Banten. Maka dari itu, saya dapat berkontribusi sesuai kemampuan saya.

 

Mengikuti Bakti Nusantara menjadi sarana bagi saya untuk berterima kasih, kepada Allah SWT, kepada negara, kepada masyarakat. Saya merasa beruntung bisa menikmati pendidikan yang baik dan mudah, bahkan saya merasakan pendidikan di SMA Taruna Nusantara dengan gratis, kemudian masuk menjadi Taruna Akademi Militer yang juga gratis, selesai langsung bekerja. Tidak banyak orang yang mendapat nikmat yang saya rasakan.

 

Berawal dari kedua semangat tersebut, semangat karena punya pengalaman dan semangat karena ingin berterima kasih, saya ingin “memberi” sesuatu, berupa waktu, pikiran dan tenaga. Seiring berjalannya kegiatan, mulai dari Bakti Nusantara di Sekon, di Pandeglang, kemudian di Segeram, Natuna saya malah banyak “menerima”.  Saya banyak belajar dari pribadi rekan-rekan di Bakti Nusantara yang menurut saya luar biasa aneh,antara lain dokter Teguh. Sebenarnya dokter Teguh ini hanya kebetulan saja bergabung dengan BN, karena saat di Sekon memang dekat dengan wilayah kerjanya, tapi sekarang beliau dengan total mencurahkan segenap waktu dan tenaganya untuk Bakti Nusantara. Aryo Asto Saloko, teman seangkatan SMA saya yang dulunya “apatis”, tidak pernah muncul dalam berbagai kegiatan alumni, saat ini selalu bergerak, mendorong BN serta mengatasi berbagai persoalan, yang saya yakin sangat banyak. Kemudian di BN juga saya mengenal secara dekat dengan bang David Ratadhi, orang yang menurut saya hidup dalam sehari semalam lebih dari 24 jam. Sampai sekarang saya masih bingung bagaimana cara beliau membagi waktunya untuk menghubungkan berbagai macam orang. Tipe orang “palugada”, mau bertanya tentang apa saja beliau ada jawaban dan solusinya. Serta berbagai keanehan-keanehan lain yang semakin memperkaya pengalaman dan pemikiran saya.

 

Kemudian, saya banyak belajar tentang cara bekerja dengan berbagai orang, dengan berbagai kesibukan masing-masing, dari tempat masing-masing. Dalam pekerjaan saya di lingkungan TNI, saya bekerja dalam sebuah sistem yang sudah disiapkan, bersama orang-orang yang sudah sepaham. Di BN, sistem dibuat sambil berjalan, kita berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang yang berbeda pola kerja dengan kita, untuk menuju ke tujuan yang sama. Hal ini sangat menarik. Satu contoh nyata, bagaimana BN di Segeram, Natuna bisa berjalan dengan baik, sementara BN tidak punya kantor dan tidak punya staf khusus yang menanganinya, semua kegiatan dilaksanakan di sela-sela tugas tiap perorangan.

 

Di samping itu, saya mengenal banyak orang, dengan berbagai profesi dan passion. Saya melihat orang-orang yang berkomitmen tinggi terhadap profesi dan hobi yang dijalani. Di sini saya belajar bahwa totalitas dalam bekerja adalah suatu keharusan apabila ingin hasil yang baik. Bang Wahyu Andito adalah salah satu contoh. Beliau adalah salah satu orang yang saya lihat punya komitmen luar biasa, dalam menyebarkan urban farming. Beliau begitu sabar dan telaten menjelaskan, mendorong semua orang. Demikian juga tim literasi nya Kang Zeze, dimana-mana mereka berkarya, berbuat maksimal sesuai passion mereka. Kemudian Kak Sri Gusni yang konsisten dengan ide-idenya untuk mencari pendanaan BN meskipun kadang terlihat remeh temeh dan hasilnya kecil, tapi setiap peluang selalu ditangkap.  Hal inilah satu lagi manfaat terbesar yang memotivasi saya, yang saya dapatkan dari BN yang insya Allah sangat berguna bagi saya pribadi.

 

Kedepannya, saya berharap Bakti Nusantara tetap konsisten dalam koridor memajukan seluruh pelosok nusantara di daerah perbatasan, terpencil dan pedalaman, sebagai bagian dari upaya kita memajukan bangsa Indonesia. Yang kedua saya melihat BN semakin membesar seperti bola salju yang berputar cepat, saya berharap BN tetap netral, non partisan, tidak terpengaruh SARA serta merangkul segenap elemen masyarakat. Menurut pengamatan saya pribadi, banyak organisasi nirlaba yang akhirnya melenceng dari jalur karena semakin membesar dan adanya pengaruh dari kanan dan kiri. Diperlukan komitmen yang kuat dari personel yang mengawaki BN untuk menjaga “khittah” BN tetap di jalurnya. Kemudian yang kedua agar BN tetap dan meningkatkan kolaborasi dengan unsur-unsur TNI di daerah, karena saya punya keyakinan, bahwa mereka punya visi yang sama tentang pembangunan di daerah terpencil dan terluar. Beberapa kali BN saya bertugas menjadi “penghubung” BN dengan unsur-unsur TNI di daerah, saya menemukan derap langkah yang berirama sama. Yang juga secara otomatis akan selalu menjaga BN tetap konsisten dalam langkahnya.

bottom of page