Cerita Eta Auria Latiefa

Awal mula saya mendengar kegiatan Bakti Nusantara adalah dari abang kakak Ikastara dan dari Instagram. Sejak lama saya sudah sangat ingin bergabung dalam kegiatan ini. Namun sayangnya, sejak tahun 2017 belum ada kesempatan bagi saya untuk merealisasikan keinginan tersebut. Melalui laman media sosial, saya turut merasakan spirit pengabdian yang konkrit dari kegiatan Bakti Nusantara. Terbukti dengan berbagai program yang telah dilaksanakan di beberapa daerah 3T yang berdampak nyata bagi masyarakat setempat. Saya ingin menjadi bagian dari spirit itu, sprit untuk turut membangun Indonesia dengan memberi apa yang saya bisa.
Saya berangkat dari Yogyakarta menggunakan kereta menuju Surabaya. Bersama dengan salah seorang adik tingkat yang berdomisili di kota yang sama, kami bertolak dari stasiun Tugu pukul 04.11 WIB. Sampai di Surabaya pukul 08.45 WIB. Masih ada waktu 4 jam untuk transit menuju penerbangan ke Lombok, kami memutuskan untuk istirahat dan mampir sejenak ke salah satu cafe di Surabaya.
Pukul 13.00 WIB, pesawat kami terbang menuju Lombok. Sampai di Lombok Praya pukul 15.00 WITA dan langsung bertemu dengan abang kakak yang memiliki jadwal penerbangan hampir berdekatan dengan kami. Di area parkir, abang Fauzan beserta satu bis Polda dan driver sudah siap mengantar kami menuju mess 742 Mataram. Sesampainya di mess, kami beristirahat sejenak dan beres-beres. Lanjut agenda makan malam, perkenalan, dan briefing kegiatan.
Esok harinya, pukul 06.30 WITA, rombongan relawan sudah bersiap untuk berangkat ke Aik Mual. Kurang lebih perjalanan 1,5 jam kami tempuh dengan medan yang tidak mudah. Sebuah pengalaman perjalanan yang menyenangkan, bisa kembali naik truk tentara seperti dahulu saat SMA. Bedanya, kali ini bersama para relawan yang luar biasa.
Senang, kagum, dan sangat terinspirasi. Itulah hal yang muncul saat saya bertemu dengan para relawan. Saya paham betul tentu tidak mudah menyempatkan waktu di tengah kesibukan masing-masing saat ini. Namun, dedikasi tinggi-lah yang mengantarkan para relawan hingga pada akhirnya sampai di dusun Aik Mual, Lombok Barat.
Rasa kagum dan terinspirasi ini semakin muncul tatkala saya sampai di lokasi. Seluruh relawan yang mungkin belum semuanya mengenal betul sosok masing-masing, mampu berbaur untuk berkolaborasi, saling bantu, saling bahu-membahu. Seperti tidak ada sekat yang menghalangi.
Berbicara tentang Lombok, ini adalah kali kedua saya diberikan rezeki untuk kembali. Sedikit tidak percaya, campur terharu, ternyata saya bisa sampai di dusun Aik Mual yang banyak saya baca kisahnya melalui media sosial YTBN.
Kegiatan paling berkesan selama BN Aik Mual ini adalah saat saya mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan terintegrasi dokter kecil. Melihat anak-anak yang tetap semangat menimba ilmu walau mungkin mereka hadir dengan keterbatasan masing-masing, membuat saya terus berefleksi untuk mensyukuri apa yang saya miliki.
Anak-anak sangat bahagia mendapat kesempatan belajar hal baru. Dan mereka begitu senang ketika dinobatkan sebagai dokter kecil. Saat saya menyematkan pin dokter kecil di pakaian mereka, saya titipkan doa supaya tiap tangan-tangan kecil mereka mampu berkarya dan menebar manfaat bagi khalayak di masa mendatang melalui jalur apapun yang mereka tempuh nantinya.
Ada pula kisah tak terlupakan yang cukup berkesan bagi saya. Pagi hari itu, saya melihat 3 sosok cilik berseragam pramuka datang ke halaman sekolah. Suasana masih sepi, jam menunjukkan pukul 6 WITA. Tentu bukan waktu yang lazim bagi anak sekolah dasar untuk memulai kegiatan pembelajaran, apalagi hari itu adalah hari libur. Namun mereka dengan riangnya berjalan beriringan dan sesekali menghampiri tenda para relawan. Saya sapa, dan berkenalan dengan mereka. Rupanya, rumah mereka jauuuh sekali, membuat tiga sahabat cilik ini harus berangkat lebih awal dari teman-teman yang lain. Dalam hati, saya terharu melihat semangat mereka untuk menimba ilmu. Jadi malu rasanya kalau melihat diri ini yang masih suka mengeluh dan malas-malasan bekerja atau beraktivitas.
My heart is full! Itu kesan saya saat meninggalkan Aik Mual dan Lombok. Hati saya penuh, penuh dengan rasa kebahagiaan untuk bisa berperan dalam berbagi dan membangun negeri. Walaupun mungkin apa yang saya lakukan tak seberapa, tetapi bisa jadi sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.
Dari kegiatan ini, saya mendapat banyak sekali pelajaran. Saya sangat suka dengan semangat para relawan yang hadir dari berbagai latar belakang profesi dan pendidikan. Ada yang masih sekolah, kuliah, bekerja, berwirausaha, dll. Namun yang jelas, memiliki semangat yang sama: berbakti untuk nusantara. Semua bergotong-royong, saling bahu-membahu dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang sama.
Ada kisah dari kak Indri, relawan asli Lombok yang sangat suka traveling dengan menebarkan semangat cinta lingkungan dan semangat literasi. Ada pula kisah kak Adel yang memimpin gerakan Senyum Puan, memperjuangkan keadilan dalam kasus pelecehan seksual di lingkup institusi pendidikan. Ada juga kisah dari tim relawan UII yang memilih jalur darat laut dan udara untuk bisa sampai ke tanah AikMual, dan semangatnya tetap membara begitu sampai di lokasi.
Banyak tentunya relawan yang memberi memori tersendiri. Ada kak Vike, kak Fida, kak Shree Gusni, kak Lyta, kak Fira, kak Mamag, bang Ario, yang tergabung dalam tim Sehat Nusantara. Ada kak Wulan, kak Titis, kak Yasmine, kak Desya, bang Aan, pak Herman, pak Dudung, pak Faozi, mas Ibnu, bang Iven, kak Fatin, kak Indri, kak Putri, bang Remi, kak Ratu, bang Galih. Ada pula bang Awo, kak Mei, kak Egi, kak Anti, bang Ojan, bang Ricky, bang Andito, bang Teguh. Dan masiiih banyak lagi yang mungkin belum tersebut.
Semoga Bakti Nusantara dapat terus melebarkan sayap kebermanfaatan di seluruh pelosok negeri. Dan semoga, saya bisa kembali mendapat kesempatan untuk berperan dalam berbagai programnya. Sukses selalu YTBN ❤️
Eta Auria Latiefa
(Yogyakarta)
Sehat Nusantara
Dokter umum
IG: @ealatiefa
LinkedIn: Eta Auria Latiefa