Cerita Kevin Kegan Kusuma
Keseharian saya sebagai seorang pegawai swasta di sebuah perusahaan multinasional Jakarta tidak menyurutkan niat saya untuk turut andil dalam kegiatan Bakti Nusantara (BN) yang diselenggarakan oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara ini. Di tahun 2019, perjalanan saya dalam Bakti Nusantara terasa begitu bermakna karena saya dapat memberikan sumbangsih maksimal sesuai dengan kapasitas dan peran yang diberikan oleh yayasan kepada saya.
Sebagai seorang karyawan yang bekerja dengan jam tetap dari pukul 08.00 hingga 17.00 dari Senin hingga Jumat setiap minggunya, jujur saja pada awalnya saya berpikir kalau tidak mudah untuk menyisihkan waktu untuk ikut bersumbangsih dalam kegiatan ini. Namun, suatu hari di bulan Juni 2019, ketika seorang sahabat bernama Agung Wicaksono mengajak saya untuk bergabung sebagai panitia yang mengurusi bidang logistik, transportasi dan akomodasi (LTA), seketika itu juga tanpa berpikir panjang saya pun langsung menyanggupi tawarannya. Suatu tawaran berbuat baik tak memerlukan penolakan, dan seketika kesanggupan itu keluar begitu saja dari mulut saya.
Kontribusi nyata saya sebagai relawan dimulai saat Bakti Nusantara 2018 di Pandeglang, Banten. Saat itu saya dapat menjadi relawan yang membantu acara donor darah dan rumah sakit lapangan selama dua hari di Serang, bertempat di Grup 1 Kopassus. Saya terinspirasi akan semangat gotong royong masyarakat, terinspirasi akan semangat perjuangan para relawan, dan terinspirasi pada sikap rela berkorban dari seluruh panitia yang terlibat. Selain itu, saya belajar tentang arti pentingnya pengorbanan, baik dari segi waktu, material hingga mental. Melalui pribadi-pribadi yang saya temui di Bakti Nusantara, juga saya belajar bahwa kemauan lebih penting daripada kemampuan. Kami datang dengan beragam profesi dan latar belakang, semuanya adalah pribadi yang prioritasnya adalah mau memberi apa yang dimiliki, tanpa melihat batasan kemampuan yang masing-masing punyai.
Pendidikan di negeri ini memang belum sepenuhnya merata. Untuk itu Bakti Nusantara 2019 hadir untuk memberikan semangat kepada wilayah yang tertinggal agar dapat berkembang. Tahun ini, daerah yang mendapatkan kesempatan ini adalah Kampung Segeram, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai orang yang mendapatkan kesempatan untuk mengurusi hal-hal yang terkait dengan logistik, transportasi dan akomodasi (LTA), saya merasa bahwa medan yang harus ditempuh untuk mencapai wilayah ini sangatlah berat, baik itu untuk para relawan maupun untuk barang logistik yang akan dibawa.
Jika kita bayangkan diri kita berada di Segeram yang merupakan wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal), barang logistik ini akan menjadi sesuatu yang sangat berharga karena sangat sulit bagi warga Segeram untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Untuk sekali perjalanan ke Sedanau (pusat administrasi Kecamatan Bunguran Barat), warga Segeram membutuhkan waktu satu jam dengan perjalanan menggunakan kapal kayu kecil (pompong). Sedangkan untuk sekali perjalanan ke Ranai (ibukota Kabupaten Natuna), warga Segeram membutuhkan waktu tiga jam dengan perjalanan menggunakan jalur darat yang biasanya mereka tempuh menggunakan sepeda motor.
Pada akhirnya total barang yang akan dibawa dari Jakarta menuju ke Segeram adalah sebanyak 1,2 ton yang terbungkus dalam hampir 100 kotak dalam beragam ukuran. Membayangkan mengenai perpindahan relawan saja sebenarnya sudah cukup menyita waktu dan pikiran dikarenakan banyaknya halangan dan tantangan dari kondisi lapangan untuk perpindahan massa yang masif. Hal ini ditambah lagi dengan adanya tantangan baru berupa 1,2 ton barang yang harus dibawa menuju ke lokasi. Tentu saja hal ini membuat saya sebagai koordinator LTA perlu untuk memutar otak mencarikan solusi. Tantangan paling mendasar mengenai logistik itu datang, ketika saya mencoba membayangkan cara membawa barang-barang ini menuju ke lokasi tujuan. Salah satu solusinya adalah menggunakan jasa pengiriman, yang tentu saja akan banyak menyita anggaran. Pertimbangan berikutnya adalah belum tentu ada jasa pengiriman yang mau melakukan jasa pelayanan ini, mengingat daerah yang akan dituju adalah daerah yang bahkan belum terdeteksi di google maps.
Ada dua orang inspiratif yang banyak sekali membantu saya mengurusi perkara logistik di level operasional. Kedua orang ini adalah Bang Donny Pramudya dari TNI Angkatan Darat dan Bang Feby Chamudin Putra dari TNI Angkatan Udara. Tanpa kedua orang ini yang banyak membantu urusan LTA dari segi operasional, teknis hingga perizinan, rasanya mustahil Bakti Nusantara 2019 akan terasa menyenangkan dan ringan untuk dikerjakan. Catatan penting yang saya dapatkan dari Bakti Nusantara setiap tahunnya adalah selalu akan ada orang baru dikenal, dan orang-orang tersebut adalah orang-orang penuh inspirasi yang bersedia berkolaborasi dan bersinergi demi tercapainya tujuan dari organisasi itu sendiri. Dan tentu saja pada tahun ini, saya bertemu dengan Bang Donny dan Bang Feby dari TNI yang mau berkorban, memberikan apa yang mereka bisa, demi kelancaran acara Bakti Nusantara. Sayangnya dalam Bakti Nusantara Natuna ini, mereka berdua tidak dapat mengikuti para relawan menuju ke lokasi pelaksanaan dikarenakan masih adanya tugas di instansi mereka masing-masing.
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
Berkat dua orang abang ini, seluruh sisi operasional dan teknis untuk Bakti Nusantara 2019 saat sebelum dan sesudah puncak acara tidak mengalami hambatan yang berarti. Dirgahayu TNI ya, bersama rakyat, TNI kuat!
Bakti Nusantara memang selalu memunculkan orang-orang baik yang inspiratif. Setelah sebelumnya ada Bang Donny dan Bang Feby, perjalanan para relawan menuju ke Natuna kembali menjadi sangat mudah dan menyenangkan berkat kontribusi dari panitia daerah yang luar biasa. Apresiasi saya pada tahun ini benar-benar harus disematkan kepada Bang Sayed Fauzan, Bang Chalid Zamzami dan Bang Alse Ariyanto. Melalui pergerakan Bang Sayed yang memahami kultur dan budaya warga lokal, para relawan diizinkan untuk tinggal di rumah-rumah warga lokal, sehingga semua relawan bisa ikut merasakan kehidupan dari warga Kampung Segeram. Melalui Bang Alse, segala kemudahan dalam berkegiatan selama kita berada di Ranai bisa didapatkan. Bang Alse adalah orang pertama yang sigap dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk para relawan, sehingga para relawan hanya tinggal fokus dalam memberikan pelayanan melalui acara yang akan diselenggarakan.
Dari Bang Chalid Zamzami, saya belajar banyak tentang rasa cinta. Bang Chalid bersama dengan Bang Sayed, dalam perjalanan Bakti Nusantara kali ini, sangat sering mengunjungi Segeram. Saking seringnya hingga akhirnya menimbulkan rasa cinta pada kampung ini. Rasa cinta inilah yang membawa Bang Chalid begitu ingin kampung ini maju dan berkembang menjadi desa. Rasa cintanya ditunjukkan dengan kontribusi konkrit dengan sejumlah perencanaan yang matang. Bang Chalid adalah salah satu orang yang begitu bersemangat dalam menunjukkan keadaan Segeram yang sebenarnya kepada rekan-rekan media yang mengikuti kegiatan Bakti Nusantara 2019 ini. Bang Chalid dan Bang Sayed, membawa semangat perjuangan dengan tujuan agar Kampung Segeram ini bisa menjadi desa adat di Natuna. Dengan menjadi desa adat, wilayah Segeram yang dipercaya sebagai asal dari nenek moyang orang Natuna, dapat berkembang lebih pesat lagi karena akan mendapatkan dana desa sebagai modal pembangunan.
Melihat perjalanan Bakti Nusantara selama ini, saya sendiri merasa sangat bangga dapat menjadi bagian darinya. Visi Bakti Nusantara sebagai suatu gerakan yang dilandasi oleh semangat kepedulian, kemanusiaan, persaudaraan dan gotong royong adalah suatu hal mulia yang harus selalu dilestarikan dan diamalkan dalam Bakti Nusantara-Bakti Nusantara berikutnya. Melalui Bakti Nusantara 2019 inilah saya benar-benar belajar dan menyadari tentang pentingnya nilai-nilai luhur seperti gotong royong sebagai dasar dalam hidup bermasyarakat. Bakti Nusantara berikutnya harus tetap mampu mengakomodir nilai-nilai luhur ini dalam setiap kegiatannya. Gotong royong dari segala elemen dalam Bakti Nusantara ini harus tetap berwujud kolaborasi dan sinergi dari berbagai unsur masyarakat yang bergerak bersama memberikan kontribusi dalam bidang kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan. Bakti Nusantara juga harus mampu memberikan apresiasi terhadap seluruh elemen yang telah bekerja sama dalam menyukseskan kegiatannya.
Melalui perjalanan tahun ini, saya sangat berharap Bakti Nusantara berikutnya dapat lebih baik daripada Bakti Nusantara yang telah ada sebelumnya. Lebih baik di segala sisi, seperti dari sisi operasional, donasi, persiapan survei hingga perencanaan acara yang lebih bervariasi dan matang. Bakti Nusantara berikutnya harus mampu bergerak dengan belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi pada Bakti Nusantara periode sebelumnya. Untuk itu, setiap pengurus dan juga relawan yang akan ikut andil dalam Bakti Nusantara berikutnya perlu mempelajari sejarah dan juga laporan pertanggungjawaban yang ada. Kegiatan Bakti Nusantara ini juga tetap harus konsisten menyasar daerah-daerah 3T yang benar-benar membutuhkan bantuan. Saya sendiri sangat menyarankan agar setiap panitia inti dari kegiatan Bakti Nusantara dapat lebih sering melakukan survei di daerah pelaksanaan, dengan tujuan memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif terkait dengan kebutuhan daerah tersebut, hingga kesulitan yang mungkin terjadi saat pelaksanaan acara. Semua pemahaman ini akan membantu panitia dan juga relawan Bakti Nusantara untuk dapat mempersiapkan acara dan teknis pelaksanaan dengan lebih baik lagi.
Pada akhirnya, perjalanan Bakti Nusantara 2019 Natuna ini bagi saya adalah tentang rasa. Rasa bahagia tumbuh karena dapat membahagiakan warga Segeram.
Rasa terinspirasi datang karena berkenalan dengan banyak orang baru.
Rasa beban terasa ringan karena banyaknya kolaborasi dan sinergi dari beragam pihak.
Rasa terima kasih dan apresiasi untuk semua yang telah membantu.
Rasa cinta yang tumbuh karena perbuatan baik yang menular kepada sesama manusia.
Terima kasih Bakti Nusantara, sampai berjumpa di Bakti Nusantara berikutnya.