Cerita Meisya Putri Intan C
Awal mula saya mengenal YTBN adalah dari dosen yang kebetulan teman kuliahnya Bang Assed. Ketertarikan untuk belajar, berkembang dan berkontribusi lebih di sebuah NGO membuat saya tergerak dan memutuskan untuk bergabung menjadi bagian dari tim officer di YTBN.
Penerbangan ke Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi penerbangan pertama saya setelah 2 tahun di rumah tanpa mobilitas intens menggunakan transportasi umum khususnya pesawat. Perjalanan ke NTB ini juga menjadi pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di Indonesia bagian tengah agak ke timur sedikit selain Bali (walaupun masih cukup dekat dengan Bali).
Saya dan Regita berangkat pada tanggal 18 Juni 2022, 5 hari lebih awal dari hari H kegiatan, karena kami diberi kesempatan untuk menjadi tim aju yang ditugaskan untuk mempersiapkan hal-hal yang masih perlu diselesaikan.
Perjalanan udara dari Jakarta sampai di Lombok bisa saya nikmati dengan baik karena cuaca cerah dan langit cukup bersih. Kami tiba di Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid pada pukul 2 WITA. Kami berdua dijemput oleh Bang Archie dan Bang Farhan dari Yonif 742 SWY menggunakan Strada Triton yang diberi nama "Macan". Pengalaman dijemput oleh "Macan" ini juga cukup seruuuuu karena menggunakan AC alami dan susunan kursinya seperti mobil satpol PP hahaha (saya bersyukur waktu itu pakai jaket berhoodie jadi bisa menutup kepala menggunakan hoodie supaya tidak langsung kena angin).
Saat tiba di Mess Perwira Yonif 742, saya disambut dengan senyuman oleh Bang Andito dan Fauzan. Oh ya Bang Ricky juga menyambut tapi sambil menahan tawa dan HP yang stand by untuk mengambil foto (Abang yang satu ini ngebet sekali memfoto saya dan Regita saat naik Macan).
Bertemu Bang Andito dan Bang Ricky bukan merupakan kali pertama saya sehingga perasaan yang saat itu muncul adalah perasaan aman karena saya berada di tempat baru bersama orang-orang yang sudah saya kenal baik.
Bertemu dengan Fauzan untuk pertama kali setelah sekian zoom meeting sebelumnya, ternyata orangnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di zoom. Satu hal yang saya salut dari Fauzan, dia tetap tabah dan sabar plus menanggapi ketika Bang Ricky sedang kambuh mencari target keisengannya.
Hari ketika teman-teman relawan lainnya sudah mulai berdatangan, saya excited dan bersyukur (karena jadi tambah banyak yang bisa dimintai bantuan hehe) tapi juga kaget karena saya belum memperkenalkan diri tapi rata-rata sudah dengan baik dan ramah memanggil nama saya (bahkan ada yang menyemangati dan mengingatkan untuk makan).
Salah satu hal yang saya syukuri juga adalah Bang Teguh yang pada akhirnya berkesempatan untuk berangkat ke Lombok dan turut serta ber-Bakti Nusantara kembali sesuai dengan keinginannya selama ini.
Kehadiran Abang Kakak pengurus, relawan serta ibu-bu Pamong membuat suasanya menjadi lebih hangat dan semangat.
Saya berkesempatan mengunjungi Aik Mual lebih dulu pada tanggal 20 Juni 2022 bersama dengan Bang Aryo, Bang Ricky dan Regita. Rute menuju Aik Mual mirip seperti rute perjalanan dari Medan ke Meulaboh, Aceh Barat, yang pernah saya lewati belasan tahun lalu bersama Ayah saya ketika bertugas di Sumatera. Saya berusaha membayangkan di kepala seperti apa Dusun Aik Mual yang akan saya datangi, seperti apa hembusan anginnya, bagaimana terik mataharinya dan suasana tenangnya. Apa yang saya bayangkan benar-benar nyata ketika saya sampai di halaman Pustu Plus Aik Mual.
Ketika turun dari mobil, saya bisa merasakan hembusan angin gunung yg sangat sejuk, terik matahari yang cukup menyengat karena langit sangat bersih tanpa awan dan suasana tenang sehingga satu-satunya suara yang terdengar adalah suara hembusan angin. Hal-hal yang selama 2 tahun belakangan tidak saya rasakan di Jakarta.
Melihat bangunan Pustu Plus yang sudah berdiri kokoh di atas bukit Jalan Mawardi pun memberikan perasaan lain antara bangga, terharu dan kagum dengan segala bentuk gotong-royong yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak untuk mewujudkan ini semua.
Berkesempatan untuk berinteraksi dan bermain bersama dengan adik-adik di Aik Mual saat kunjungan ke Aik Mual pertama kali juga menjadi bagian dari pengalaman yang berkesan. Neli, Ela, Novi, Indah, Susi, Rizky mulanya hanya memandangi saya dan Regita dari kejauhan. Tapi saat kami dekati untuk ajak ngobrol dan bermain, mereka semua sangat antusias dan penuh tawa.
Susi adalah salah satu yang paling unik. Entah apa yang ada di pikirannya, tetapi dia tidak lepas memandangi saya dan Regita dengan tatapan polos. Jika saya tanya mengenai suatu hal, dia akan malu-malu menjawab dengan suara pelan dan setelahnya akan kembali memandangi saya seperti orang melamun.
Indah juga jadi salah satu yang paling konsisten mendatangi saya dan Regita dari hari pertama sampai hari terakhir di Aik Mual. Karena saya dan Regita jarang berada di tengah-tengah kegiatan di ruang kelas atau di lapangan, biasanya Indah yang mendatangi tenda sekre untuk mencari saya dan Regita. Setelah bertemu, biasanya dia akan bilang, "Kak Mei aku cariin dari tadi ke mana aja sih?".
Suatu waktu, Indah pernah tiba-tiba muncul entah dari mana dan memberikan permen jeruk hanya untuk saya dan Regita. Di hari terakhir saat acara peresmian pun, Indah dan Neli mendatangi saya sambil mengingatkan untuk membetulkan posisi masker yang saya gunakan.
Beberapa kali saya berkesempatan untuk ngobrol dengan Pak Mawardi. Banyak ungkapan syukur, terima kasih dan harapan yang beliau sampaikan. Dari sorot matanya ketika berbicara, beliau di usia senjanya masih terlihat sangat bersemangat untuk membangun desanya, untuk memanfaatkan fasilitas yang ada untuk kesejahteraan dan kesehatan warga Dusun Aik Mual dan sekitarnya.
Saya berharap semoga sedikit bantuan yang dihadirkan oleh YTBN berupa akses pelayanan kesehatan, air bersih dan bangunan sekolah yang lebih layak dapat memberi manfaat signifikan bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Semua relawan yang hadir dari berbagai daerah, profesi dan latar belakang memiliki semangat yang sama, semangat gotong royong. Hal ini yang saya kagumi dari kegiatan Bakti Nusantara. Salah satunya adalah cerita Reimi yang menjadi PIC konsumsi dimana ia harus bolak-balik paling tidak 4 sampai 5 kali dari Dusun Aik Mual ke Kantor Desa Sekotong Timur yang merupakan lokasi dapur umum dukungan dari Polda NTB selama kegiatan berada. Ia bercerita sampai hafal lokasi tikungan, jalan rata dan berbatu.
Saya terus berharap (dan tentu saja akan membantu mengusahakan) segala sesuatu kegiatan dan program yang ada di Bakti Nusantara dapat terus memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan hingga pada akhirnya dapat mewujudkan pemberdayaan masyarakat yang mandiri.
​
Meisya Putri
Project Officer YTBN
IG: @meisyaputric