top of page

Messenger of Peace Indonesia Bakti Nusantara 2019 di Desa Segeram

Nauli Fitria Dwi Damayanthie

Kevin Kegan.png

Hai, nama saya Nauli Fitria Dwi Damayanthie, sehari-hari bekerja di National Scout Organization (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka) dan sekaligus menjadi koordinator Nasional Messengers of Peace (MoP) Indonesia. Di akhir pekan, atau weekend saya suka menghabiskan waktu di dapur, yaitu memasak, hanya hobi saja, rasa masakannya juga masih diragukan sih. 

 

Mulai tahun 2019 saya dipercaya oleh Kwarnas Gerakan Pramuka untuk menjadi Koordinator Nasional Gerakan Pramuka, dan perjalanan dinas ke Natuna bersama Relawan Bakti Nusantara merupakan perjalanan dinas luar kota pertama saya, tentu saja saya sangat excited dan bangga karena berkat menjadi relawan saya dapat merasakan pengalaman baru dihidup saya, seperti menaiki pesawat hercules, merasakan hidup dengan keterbatasan listrik dan air bersih. 

Sebelumnya saya tidak pernah tahu apakah saya bisa survived hidup tanpa internet (zaman sekarang, dimana milenials sangat mementingkan sosmed), hair dryer & hair straightner (hehehe saya pemilik rambut keriting dan megar, kurang pede kalau harus keluar rumah dengan natural hair saya), keterbatasan air bersih. Ternyata keraguan saya itu bukan hanya ada di pikiran saya, hampir semua staf di kantor saya berpikir yang sama. 

Pada saat menjalani proses sebagai relawan, hal-hal yang menjadi ketakutan saya berhasil saya patahkan, banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan dari sebuah desa yang bernama Desa Segeram, saya semakin cinta dengan Indonesia, saya semakin bersyukur dengan kehidupan saya di Jakarta, saya menjadi lebih mudah beradaptasi dengan keadaan, dan yang pastinya saya jadi belajar mencintai diri saya apa adanya, dan saya jadi sadar if there’s nothing wrong with my frizzy and curly hair.

Sebelum saya merasakan sedikit saja kehidupan masyarakat Segeram, saya seringkali mengeluh  dengan kehidupan saya saat pindah domisili di Bekasi (sebelumnya saya tinggal di  Jakarta). Desa Segeram menyadarkan saya bahwa selama ini saya take my life for granted, saya kurang bersyukur dengan kemudahan transportasi Bekasi-Jakarta hanya dengan KRL, saya kurang bersyukur bisa menikmati listrik 24 jam nonstop, saya terlalu sering membuang air bersih begitu saja. Saya jadi malu dengan keluh kesah saya, saya seperti mendapat “tamparan” dengan ketulusan masyarakat Segeram menjalani hidupnya sehari-hari.

Bagi saya yang menjadi Highlight saat menjadi relawan di Bakti Nusantara 2019 adalah saat kami Tim MoP Indonesia melakukan upacara pembukaan Kemah Perdamaian 2019 bersama peserta didik, pada saat bendera merah putih dinaikan, lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dengan lantang dari mulut anak- anak Segeram, saat itu saya tak kuasa menahan air mata, rasa haru dan bangga menjadi satu. Ditengah keterbatasan yang mereka rasakan, yang bisa saja mereka tak menyukai tanah airnya atau membenci pemerintahnya, tapi tidak dengan ketulusan hati mereka yang mungkin ditanamkan oleh guru dan orang tua mereka di rumah.

Harapan saya BN di masa depan dapat terus menginspirasi masyarakat Indonesia, memberi semangat bagi masyarakat yang mungkin merasa tidak dapat dijangkau oleh pemerintah, dan terus menebar kebaikan dalam hal terkecil sekalipun. Karena apa yang sudah BN lakukan sejalan dengan tagline dari World Organization Scout Movement yaitu “creating a better world”. 

It might be not the best picture tapi bagi saya foto tersebut sangat berkesan, pengalaman pertama saya upacara di wilayah perbatasan, dan melihat sendiri semangat kebangsaan adik-adik peserta kemah perdamaian kala itu. Saya percaya bukan karena kehendak saya, saya dapat terlibat pada event BN 2019 tapi rencana Tuhan yang membawa saya kesana, hehe everything happen for a reason. 

Terimakasih BN telah melibatkan Gerakan Pramuka dalam hal ini MoP Indonesia dalam kegiatan di Natuna, semoga di waktu mendatang kita sama-sama bisa terus menebar kebaikan dalam hal apapun, sekecil apapun itu.., karena kebaikan itu universal, tidak pandang agama, warna kulit, gender apalagi suku bangsa kita.

bottom of page