top of page

Cerita Nur Iman

Kevin Kegan.png

Perkenalkan nama saya Nur Iman. Saya berasal dari Desa Cibunut, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Saya saat ini sedang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan. Saya mengambil jurusan S1 Ilmu Keperawatan semester lima. Keseharian saya kuliah seperti mahasiswa pada umumnya, tapi tidak hanya menjadi mahasiswa kupu–kupu (kuliah pulang–kuliah pulang), saya juga aktif di beberapa organisasi intra maupun ekstra kampus dan di beberapa komunitas. Di organisasi intra kampus saya aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Stikes Kuningan periode 2018–2019 sebagai Staf Menteri Pendidikan. Di Himpunan Mahasiswa Keperawatan, saya dipercaya sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Keperawatan (HIMAKEP) Stikes Kuningan. Di organisasi ekstra kampus saya aktif di HIMMAKA (Himpunan Mahasiswa Majalengka) wilayah Kuningan dan di beberapa komunitas.

 

Tahun 2019 ini merupakan kali pertama saya mengikuti kegiatan Bakti Nusantara. Saya merasa beruntung bisa mengikuti kegiatan Bakti Nusantara ini. Di dalamnya saya menemukan banyak sekali orang yang menurut saya hebat. Dengan berbagai macam latar belakang dan profesi yang di antaranya ada dokter, guru, dosen, pegawai swasta, mahasiswa dan masih banyak lainnya semua yang mengikuti kegiatan Bakti Nusantara ini pasti masing–masing memiliki kesibukan, tetapi kesibukan bukanlah menjadi alasan bagi mereka. Di tengah kesibukannya, mereka masih bisa bersatu bersinergi menggenggam “semangat kepedulian, kemanusiaan dan gotong royong untuk mendorong pembangunan di tepi luar Indonesia.” Itu membuat saya kagum bahwa ternyata masih ada orang–orang dengan semangat kepedulian yang tinggi dan bisa melaksanakan kegiatan yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat.

Ketika saya pertama kali menginjakan kaki di kampung Segeram, saya seakan diingatkan untuk selalu bersyukur. Di jaman modern ini biasanya saya melihat hingar bingar perkotaan, gemerlap cahaya lampu dan sebagainya. Ternyata masih ada daerah yang masih terisolir. Akses menuju kampung tersebut belum baik, penerangan di kampung tersebut menggunakan tenaga diesel. Rumah–rumah warga menggunakan kayu untuk dindingnya, sinyal telekomunikasi juga sangat minim. Rasanya semua sangat terbatas. Untuk pendidikan di kampung Segeram juga hanya ada Sekolah Dasar (SD) dan awalnya tidak ada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal kampung Segeram ini memiliki nilai historis yang begitu besar bagi Kabupaten Natuna. Salah seorang warga mengisahkan bahwa Segeram ini merupakan cikal bakal lahirnya para pemimpin dan Kabupaten Natuna. Sangat disayangkan semakin kesini Segeram semakin ditinggalkan oleh penduduknya dikarenakan anak–anak yang sudah menuntaskan pendidikan SD harus pergi meninggalkan Segeram untuk melanjutkan pendidikan SMP. Tidak hanya sang anak saja yang meninggalkan kampung Segeram akan tetapi para orang tua pun ikut meninggalkan Segeram. Itulah yang menyebabkan kampung Segeram semakin kesini semakin ditinggalkan oleh warganya sendiri. Yang semula terdapat ratusan KK yang tinggal di Segeram, belakangan ini hanya tersisa puluhan KK saja. Itupun dari satu rumah ke rumah lainnya lumayan jauh jaraknya.

 

Bakti Nusantara ini memiliki 3 misi utama yaitu Bangun Nusantara, Sehat Nusantara, dan Inspirasi Nusantara. Inspirasi Nusantara meliputi kegiatan: capacity building guru, kegiatan kepramukaan, pengadaan perlengkapan belajar siswa, pengembangan kemampuan kewirausahaan warga, pembangunan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan lain sebagainya. Pelaksanaan kegiatan–kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari.

 

Saya di “Inspirasi Nusantara” mendapat tugas di tim literasi. Kegiatan di tim literasi selain TBM yaitu kegiatan peningkatan minat baca warga Segeram, sosialisasi 6 literasi dasar kepada guru (PGRI). lomba-lomba, seperti lomba melukis menggunakan teknik tiup dengan sedotan, lomba melukis di kipas, lomba menggambar dan mewarnai. Tidak hanya fokus di peningkatan minat baca, kami juga menyelipkan beberapa kegiatan seperti sosialisasi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan sanitasi lingkungan. Saya juga ikut berpartisipasi aktif di kegiatan “Sehat Nusantara” sebagai bagian dari tim farmasi dan cek gula darah, asam urat, dan kolesterol. Alhamdulillah semua kegitatan berjalan dengan lancar. Antusiasme warga dan terutama dari anak–anak kampung Segeram luar biasa. Tim literasi memberikan apresiasi bagi anak–anak yang kreasinya bagus di kegiatan lomba melukis dan mewarnai. Semua ini  berjalan dengan baik berkat dukungan semua pihak, panitia dan semangat gotong royong yang tinggi.

 

Banyak momen berkesan yang saya alami selama kegiatan BN 2019 ini. Bermula saat berkenalan dengan abang–abang dan kakak-kakak dari Bakti Nusantara yang sangat ramah sehingga saya merasa tidak ada beban ketika mengikuti kegiatan ini. Beberapa di antaranya adalah pada saat saya pertama kali naik pesawat terbang, naik speedboat lalu kemudian menemani anak–anak saat melukis menggunakan teknik tiup dan melukis di atas kipas. Menemani mereka membuat pesawat menggunakan kertas lalu meneriakkan cita–cita mereka dengan lantang sembari menerbangkan pesawat–pesawat kertas yang mereka buat. Saya melihat mereka sangat menikmati kegiatan–kegiatan yang diselenggarakan. Senyum dan tawa lepas mereka membuat saya ikut hanyut di dalam kebahagiaan. Rasanya bukan saya yang memberi inspirasi bagi mereka tetapi merekalah yang telah memberikan saya inspirasi. Mereka bisa tersenyum lebar dengan keadaan mereka yang serba terbatas sementara saya masih sering mengeluh padahal sudah serba mudah. Saya sangat senang ketika diberi kesempatan bergabung di kegiatan Sehat Nusantara. Saya bisa sedikit membantu menyiapkan obat-obatan, membantu terlaksananya pengecekan gula darah, asam urat dan kolesterol. Kegiatan tersebut cocok bagi saya sebagai mahasiswa jurusan keperawatan.

Ada pula momen haru, detik–detik di saat saya harus meninggalkan kampung Segeram, berpamitan dengan warga. Melihat wajah–wajah polos anak–anak desa Segeram yang seperti kehilangan senyumnya. Momen yang haru sekaligus bahagia bagi saya ketika saya menginjakan kaki di speedboat, duduk dan melihat ke jendela ada seorang anak perempuan yang berteriak “Dadah Kak Iman, hati hati Kak Iman”. Kata–kata itu membuat saya bahagia sekaligus haru mendengarnya.

Saya berharap agar bisa terus ikut terlibat aktif dalam kegiatan Bakti Nusantara ke depannya. 

Kegiatan Bakti Nusantara ini menurut saya akan menjadi suatu gerakan yang akan dikenal dan dikenang di seluruh penjuru Indonesia karena misi–misi yang dibawa sangatlah dibutuhkan bagi daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) di Indonesia. Setelah adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh Bakti Nusantara di Segeram lalu, pemerintah daerah tampak langsung responsif dan akan lebih memperhatikan lagi Segeram.

Bagi saya misi Bakti Nusantara sudah sangat tepat. Kegiatan Bakti Nusantara bisa menjadi modal masyarakat di daerah tujuan agar dapat mengembangkan dirinya secara mandiri dengan ilmu–ilmu yang didapatkan dari tim Bakti Nusantara. Pesan saya, relawan yang terjun di kegiatan Bakti Nusantara lebih ditambah lagi kuotanya. Saya meyakini banyak orang di luar sana yang ingin berbuat sesuatu untuk bangsanya tetapi bingung harus mulai dari mana, dengan siapa, dan kapan. Kegiatan Bakti Nusantara bisa mewadahi para relawan yang ingin mengabdikan diri untuk negeri ini. Saya berdoa dan berharap semoga kegiatan Bakti Nusantara tetap konsisten dalam menjalankan misi-misinya sampai terwujudnya pemerataan pembangunan di negara ini.

bottom of page