Ratih Puspita
Pengabdian dalam Tantangan
Saya adalah seorang ibu sekaligus seorang dokter spesialis anak. Bertugas di sebuah kota kecil (kota Sukabumi) memberi kesempatan pada saya untuk membatasi jam bekerja dan menjadi fulltime-mom. Saya mengetahui tentang Bakti Nusantara (BN) baru setelah BN pertama dilaksanakan. Sejak pertama kali mendengar tentang BN saya langsung jatuh hati. “Menjamah” daerah terpencil memang merupakan salah satu mimpi saya. Saya sering berkhayal ketika anak-anak sudah mandiri nanti, saya dan suami saya (yang juga berprofesi sebagai dokter) akan berkeliling Indonesia mencari daerah-daerah terpencil dimana kami bisa memberikan sedikit sumbangsih di bidang kesehatan. Ternyata mimpi itu bisa terwujud lebih awal melalui BN!
​
Mengikuti untuk yang kedua kalinya, Bakti Nusantara tahun ini menjadi tantangan untuk saya. Pertama, tantangan untuk berpisah dengan anak saya. Lokasi yang cukup terpencil tidak memungkinkan saya untuk membawa serta batita saya, padahal selama ini saya paling lama 6 jam saja berpisah dengannya. Kedua adalah medan yang diceritakan cukup menantang, mengingat saya saat ini sedang mengandung anak saya yang kedua. Beberapa teman menghubungi saya secara pribadi menanyakan apakah saya yakin mau berangkat dengan segala resikonya. Mulai dari kekhawatiran soal getaran, perbedaan tekanan, serta bising saat naik pesawat Hercules, 3 jam perjalanan darat yang sangat “bumpy”, asap yang sedang melanda sebagian Sumatra dan Kalimantan, minimnya fasilitas di lokasi, sampai kelelahan karena kegiatan BN itu sendiri. Jujur saja saya yang tadinya yakin mau berangkat menjadi ragu dan takut juga. Namun dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti menjaga dan memberkati niat baik, ditambah dengan restu dari suami yang sangat pengertian (dan tahu betul bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa menghentikan saya kalau berkenaan dengan Ikastara, hehe), maka saya pun berangkat.
​
Dalam perjalanan dan selama kegiatan “pendahuluan” sebelum puncak acara di Segeram, saya mulai berkenalan dan mengenal relawan-relawan lain. Beraneka ragam latar belakang dan karakter, namun memiliki kesamaan dalam jiwa sosial. Dan karena semuanya memiliki “frekuensi” yang sama, berhati terbuka dan siap memberi, rasanya tidak sulit untuk menjadi akrab dengan masing-masing mereka. Para relawan membuat saya terharu karenamengetahui masih banyak manusia yang memiliki hati untuk orang lain, masih banyak orang baik. Mereka ini berangkat ke Segeram bukan karena menganggur lho, mereka rela meninggalkan pekerjaan dan keluarga demi melayani sesama. They make the time, bukan hanya untuk 3 hari di Segeram melainkan juga sebelumnya untuk memikirkan materi, persiapan alat, berkoordinasi, dan sebagainya. Hal lain yang saya kagumi dari para relawan adalah bahwa mereka masing-masing “kaya”, mereka punya banyak ide dan cinta untuk dibagi. Dan yang lebih lagi, totalitas mereka top!
​
Sayang sekali saya hanya bisa mengikuti 1 hari kegiatan di Segeram, sehingga tidak banyak cerita tentang pengalaman di Segeram yang bisa saya bagi disini. Namun hanya dengan membaca daftar acara di sana saja saya sudah bangga, karena kegiatan-kegiatannya begitu menarik dan bermanfaat. Lalu dengan melihat foto dari teman-teman relawan seusai kegiatan, saya ikut bahagia melihat seluruh kegiatan berjalan lancar.
​
Buah dari BN di Segeram yang telah saya saksikan langsung adalah binar mata bahagia anak-anak disana. Binar itu sudah terlihat sejak saya pertama kali menginjakkan kaki di Segeram. Saya dapat merasakan sukacita mereka dengan kehadiran tamu-tamu dari luar pulau ini. Mereka bahkan tak mau pulang ke rumah dan tidur saat sudah jam 9 malam hanya karena masih ingin bersama kakak-kakak relawan BN.
​
Apa yang BN kerjakan kemarin di Segeram mungkin “kecil”, tetapi saya yakin dampaknya besar. Bukan hanya dampak langsung kegiatan saat ini (berdirinya sekolah, perpustakaan, dan taman bacaan), melainkan dampaknya di masa yang akan datang (bayangkan, ada berapa anak yang terinspirasi dan dibangun harapannya saat BN kemarin!), serta dampak secara tidak langsungnya (seperti dikenalnya Segeram melalui berbagai media, yang mungkin akan membuat pemerintah Indonesia dan pihak lain ikut memperhatikan dan membangun Segeram).
​
Saya berharap BN dapat terus dilaksanakan secara rutin, bergiliran di daerah-daerah 3T di Indonesia. Saya sangat kagum bagaimana BN bisa merangkul berbagai pihak untuk turut serta mendukung kegiatannya: TNI, POLRI, pemerintahan, pihak swasta, relawan perorangan. Baksos mana yang bisa menghadirkan pesawat Hercules untuk transportasi relawannya, menyediakan mess kesatuan TNI untuk tempat tinggal relawan, dan sebagainya (saya yakin masih banyak yang saya tidak ketahui). Secara pribadi tentu saja saya berharap dapat terus menjadi bagian dari BN. Semoga berikutnya saya bisa ikut kegiatan lain selain di bidang kesehatan, karena kegiatan-kegiatan lain juga menarik sekali.