Rully Meilani
Menyehatkan Desa Segeram
Perkenalkan, nama saya Rully Meilani. Keseharian saya adalah sebagai dokter umum dan estetik, berpraktek di Unicare Uluwatu, Bali. Profesi ini telah saya jalani lebih dari 10 tahun. Dalam perjalanannya, profesi ini acap kali bersentuhan dengan sisi sosial. Bersentuhan yang saya maksud dapat bermakna sejalan maupun kadang berbenturan. Hiruk pikuk kehidupan perkotaan beserta individualismenya membuat saya kadang mengabaikan makna dan esensi kehidupan bersosial di dalamnya. Walaupun demikian, jiwa sosial sebagai praktisi medis tidak pernah hilang dalam jiwa saya. Sehubungan dengan kegemaran saya untuk traveling mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu orang-orang baru, turut serta dalam kegiatan bakti sosial dan menjadi relawan telah saya ikuti bahkan sejak sebelum dinyatakan lulus sebagai dokter. Adapun kegiatan relawan yang terakhir saya ikuti adalah relawan dari Departemen Kesehatan bersama RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) untuk gempa Sumatera Barat tahun 2009.
​
Aktif dalam kegiatan ikatan alumni SMA Taruna Nusantara, membuat saya memiliki teman-teman dari berbagai latar belakang profesi. Salah satunya adalah dr. Teguh Dwi Nugroho, Sp.B., sebagai salah satu penggagas ide Bakti Nusantara. Telah lama saya diperkenalkan dengan kegiatan sosial ini, mendengar kabar tentang keberhasilannya, telah lama pula muncul niat untuk ikut berperan aktif di dalamnya. Namun kesibukan sehari-hari membuat saya menundanya. Semakin saya menunda, semakin saya melihat hasil kegiatan Bakti Nusantara sebelumnya, semakin bulatlah tekad saya untuk terjun aktif terlibat. Saya ingin berkarya nyata memberikan sedikit dari yang bisa saya berikan untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta ini. Menurut saya, ada nilai lebih yang Bakti Nusantara miliki yang tidak dimiliki oleh kegiatan-kegiatan serupa lainnya. Yakni bahwa Bakti Nusantara berkomitmen untuk pemerataan kegiatan di banyak bidang yang dikategorikan menjadi tiga program secara garis besar yaitu Bangun Nusantara, Sehat Nusantara dan Inspirasi Nusantara. Dengan semangat gotong royong yang diusung, Bakti Nusantara merangkul banyak latar belakang profesi relawan dan lini terkait seperti TNI dan pemerintah yang membuatnya semakin bermanfaat dan memiliki karya nyata terhadap rakyat dan negara.
​
Dengan kebulatan tekad akhirnya saya dapat meluangkan waktu untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan Bakti Nusantara ke-4 di tahun 2019 ini yang dilaksanakan di desa Segeram, Kabupaten Natuna, provinsi Kepulauan Riau. Walau dengan niat bulat namun persiapan seadanya, saya berangkat dengan keadaan mental bersiap-siap untuk situasi dan kondisi yang paling buruk sekalipun. Terlebih gambaran mengenai kegiatan-kegiatan bakti sosial yang saya lalui sebelumnya, tidaklah memiliki suatu torehan mendalam pada benak saya.
​
Begitu menginjakkan kaki di Ranai, Natuna, saya bisa merasakan hal yang berbeda dari bakti sosial yang satu ini. Terlihat benar keprofesionalitasan panitia dalam mengkoordinasikan segala kegiatan, program, dan hal–hal yang mungkin dianggap sepele namun menentukan. Begitu hangat interaksi yang terjadi di antara kami peserta walau berasal dari berbagai daerah, latar profesi, suku bangsa dan agama. Seolah kami seperti saudara yang sudah lama kenal satu sama lain. Sungguh awal yang menyenangkan.
​
Tibalah saatnya kami menuju lokasi Bakti Nusantara 2019 di Desa Segeram, kurang lebih memakan waktu 1 jam perjalanan menggunakan kapal ferry dari Ranai. Kami disambut hangat oleh penduduk setempat. Suatu daerah Terdepan, Tertinggal dan Terluar (3T). Salut, tanpa listrik, tanpa sinyal telepon, mereka berhasil bertahan hidup dengan segala keterbatasan yang ada. Hari demi hari saya lewati, kegiatan demi kegiatan saya lakukan. Semakin lama semakin merasakan sesuatu yang tidak biasa. Sungguh tak biasa! Interaksi antar peserta dan interaksi sosial dengan masyarakat bergotong royong di tempat kegiatan Bakti Nusantara sungguh berkesan. Begitu berat medan yang kami alami di lokasi Bakti Nusantara 2019 ini. Namun tidak saya temui satu pun panitia atau peserta yang terlihat acuh, tak bersemangat, mengeluh ataupun egois mementingkan kepentingan diri sendiri. Semua saling menguatkan, saling menyemangati, saling membantu tanpa lelah dengan semangat kepekaaan sosial yang lebih di atas rata- rata, berlomba-lomba menyumbangkan waktu, tenaga, ilmu dan keterampilan demi kemajuan masyarakat di Segeram. Sekali lagi salut. Kali ini untuk para peserta dan panitia.
​
Tak hanya dari sisi peserta Bakti Nusantara, antusiasme masyarakat di Desa Segeram pun sangat mengesankan. Selama kegiatan, para relawan wanita berkesempatan tinggal di rumah penduduk. Adalah Pak Yanto nama kepala keluarga tempat kami menginap. Beliau adalah satu dari hanya dua guru SMP yang ada di Desa Segeram tersebut. Dengan keterbatasan yang ada, beliau dan istrinya memperlakukan kami bak tamu penting. Kami hanya bertemu tiga hari dua malam, namun tak pelaknya kami seperti sudah saling mengenal untuk waktu yang lebih lama. Kami merasa seperti tinggal di rumah keluarga sendiri.
​
Belum lagi sambutan masyarakat lain, dari yang dewasa maupun anak-anak. Anak- anak setempat yang jumlahnya tak seberapa, namun saya yakin mereka lah sumber kekuatan para relawan yang terlibat. Melihat kobaran energi, antusiasme dan rasa ingin tahu mereka terhadap program-program kami adalah apa yang membuat kami tak sedikit pun merasakan lelah atas padatnya kegiatan dan sukses membuat kami mengabaikan segala keterbatasan. Tak ada listrik, tak ada sinyal, mandi seadanya, bukanlah masalah. Dari awal semula berpikir bahwa saya tidak akan betah di sana, bahwa saya akan pulang dengan rasa yang biasa, semua terpatahkan pada saat detik-detik terakhir perpisahan dengan masyarakat Desa Segeram. Bagaimana beberapa hari terakhir telah terjalin ikatan yang tak biasa, membuat perpisahan dengan mereka meninggalkan rasa sedih seakan saya akan berpisah dengan keluarga sendiri. Puncaknya adalah ketika adik-adik di Desa Segeram mengucapkan “Jangan Pergi, Kakak Rully.”, sembari bergerombol memeluk saya. Sedih. Ya, sedih untuk berpisah. Namun ada haru bahagia yang tak pernah saya kira akan saya dapatkan sebelumnya.
​
Pengalaman dan positivisme yang tersalurkan dalam kanal–kanal yang tepat. Membuat saya merasa “kaya”, di mana akhirnya memiliki sesuatu yang sungguh berguna, yang dapat saya sumbangkan demi kemajuan umat manusia khususnya di nusantara tercinta ini. Ternyata sekecil apa pun yang kita miliki, jangan ragu untuk berbagi. Jika kita ikhlas dengan nilai-nilai luhur membaginya kepada sesama, hasilnya sungguh tak terduga.
​
Dengan terlibat di dalamnya, banyak sekali nilai-nilai positif yang saya dapatkan. Dan nilai – nilai positif ini tak sabar untuk saya tularkan, saya bagikan kepada teman-teman lain di luar sana. Yang mungkin berpikir bahwa mereka belum mampu berbagi terhadap sesama. Yakinlah bahwa anda mampu, kita mampu membawa perubahan walau sekecil apapun namun bermakna. Dan saya yakin Bakti Nusantara merupakan wadah kegiatan yang tepat untuk menyalurkan inspirasi kita. Ke depan Bakti Nusantara akan semakin besar, terkenal, didukung oleh orang-orang maupun pihak-pihak yang tepat yang memiliki satu visi, satu misi mulia demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan nusantara tercinta.
​
Akan banyak pihak yang berharap terhadap Bakti Nusantara. Bakti Nusantara harus tetap menjaga amanah, kepercayaan dan nilai-nilai luhurnya sebagai wadah dan penyaluran atas bakti kami terhadap NKRI tanpa mengesampingkan profesionalisme dan netralitas yang selama ini diusung. Agar lebih gencar mensosialisasikan kegiatan-kegiatannya tanpa terlihat komersial. Berkolaborasi dengan lebih banyak pihak yang berkepentingan demi kelancaran kegiatan dan melibatkan para anggotanya secara lebih aktif sebelum, saat, dan bahkan setelah kegiatan dimulai. Merangkul lebih banyak latar belakang profesi demi keberagaman dan kemajuan perjalanan kami dalam berbakti terhadap nusantara ini. Semoga Bakti Nusantara semakin sukses mengumpulkan orang-orang baik di luar sana. Karena negara kita, masih sangat membutuhkannya. Dan semoga saya masih bisa berperan aktif untuk Bakti Nusantara berikutnya.