top of page

Vike Poraddwita Yulianti

Vike2.png

Segeram Sehat

Kenalkan, Saya Vike Poraddwita Yulianti seorang dokter umum yang kini bekerja di sebuah perusahaan BUMN di kota Semarang.  28 tahun saya hidup di kota ini dengan berulang kali niatan beranjak, tapi Semarang cukup posesif melepas saya.  Keyakinan saya mengenai bagaimana manusia harus bermanfaat lebih terhadap kehidupan bangsa dan negaranya membawa saya mencari-cari cara bagaimana saya bisa berkontribusi, dan dari niatan inilah saya menemukan Bakti Nusantara.  Melalui proses rekruitmen, akhirnya saya berhasil lolos bersama 5 orang lainnya. “Tapi kita naik hercules dok, gapapa?”. Ah saya ingat sekali pertanyaan ini dilontarkan saat sesi wawancara dan saya jawab dengan lantang, “MAU BANGET DAN GAPAPA BANGET”. 

​

Hari ini, ketika saya menuliskan ini merupakan hari ke-10 setelah kepulangan saya  dari Bakti Nusantara. Masih ada rasa perih di wajah saya karena luka bakar matahari Segeram. Tapi percayalah itu bukan apa apa dibandingkan rasa haru melihat bagaimana para orang baik gotong royong membangun Segeram. Rasa haru itu jauh mengiris lebih dalam dibandingkan luka bakar, rasa haru itu membuat saya semakin malu atas kesombongan saya sekaligus bangga menyadari bahwa hari itu saya berada di tempat yang benar bersama orang-orang tepat yang memiliki frekuensi sama. Saya mensyukuri tiap peluh keringat saya di kegiatan ini.

​

Ada 2 jalur menuju Segeram yang dapat dipilih, darat dan laut. Hari itu kami bersama  beberapa barang logistik menggunakan jalur laut selama 1 jam dengan sebelumnya harus menuju pelabuhan dengan waktu 1 jam juga. Kedatangan kami disambut hangat, sehangat teh suguhan Ibu Udin pemilik  rumah tempat kami tinggal, tiap pagi. Selama 3 hari kami menjalankan beberapa kegiatan dari Bangun Nusantara, Sehat Nusantara, hingga Inspirasi Nusantara. Saya yang belum begitu mengenal Yayasan Tunas Bakti Nusantara mendadak langsung paham betul kenapa dipilih Segeram, apa tujuannya, dan bagaimananya. Contohnya kegiatan PKTK (Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan) yang dihadiri oleh tenaga medis yang bukan hanya dari Segeram namun juga dari wilayah Ranai yang merupakan area kota. Saya bertanya tanya dalam hati, kenapa Ranai harus diikutsertakan? Dan kemudian saya paham, rupanya Bakti Nusantara ingin menghidupkan kembali Segeram. Duh, lagi lagi saya merinding haru. Sesuai isi surat Ar Ra’d : 11, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib kaumnya kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya. Begitu pula kegiatan Bakti Nusantara ini. Kegiatan Bakti Nusantara ini seolah memfasilitasi masyarakat Segeram untuk bangkit. Tak hanya memfasilitasi dalam infrastruktur, namun juga meningkatkan kualitas SDMnya, mengoptimalkan potensi daerah dan potensi SDM di Segeram. Bakti Nusantara ini adalah trigger untuk masyarakat untuk kembali bangkit. Dan hebatnya, masyarakat Segeram menyambutnya. Kita mencoba membangun SDMnya dengan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, peningkatan kompetensi guru, pembelajaran dalam bercocok tanam, kita bangun anak mudanya dengan kegiatan kemah perdamaian, kelas inspirasi, kita bangun masyarakat secara umum dengan pembuatan taman belajar masyarakat, kita tingkatkan kualitas kesehatannya dengan RS lapangan, sunatan massal dan pelayanan bedah minor. Tidak hanya itu, kita bangun infrastrukturnya dengan pembuatan perpustakaan sekolah. TNI, masyarakat, para stakeholder dan yang terpenting masyarakat setempat bersinergi. Ibu-ibunya dari pagi hingga petang menyiapkan makanan untuk kami semua yang ada disana, bapak-bapak dan anak anak sibuk mengikuti acara, bagi saya ini pemandangan yang luar biasa. Tidak salah jika Bakti Nusantara mengusung tagline #gotongroyong karena memang begitulah nyatanya, semua bergotong royong untuk kemajuan bumi pertiwi. Berbeda dengan sambutan kedatangan kami, kepulangan kami dihantarkan dengan penuh haru menandakan bahwa hadirnya kami membawa kesan mendalam bagi mereka pun bagi kami sendiri. 

Vike1.png

Foto : Tim Sehat Nusantara berswafoto usai kegiatan PKTK

​

Ah tentunya kalian sudah tahu dari tulisan relawan lainnya bagaimana kondisi Segeram yang tanpa sinyal, listrik, dan sulit air. Pengalaman yang terus menjadi energi bagi saya adalah ketika bagaimana tidak adanya sinyal membuat kita benar-benar memanfaatkan ruang dan waktu untuk berkomunikasi secara nyata, secara fisik, secara tatap mata. Saya ingat betul tiap pagi saya, Mba Dai, dan Kunkun keluar halaman belakang rumah pak Udin berjajar menghadap ke kiri untuk menjemput matahari terbit, dan sore harinya setelah kegiatan kami berjajar menghadap ke kanan untuk melepas matahari terbenam sembari nge-indie atau berbasa basi dengan Agam dan Hafidz, anak-anak pak Udin di halaman belakang Pak Udin, membuat kami ogah beranjak. Indikator keharusan kami beranjak adalah para relawan yang tinggal di rumah pak Wahyu yang ada di sebelah persis. Kalau melihat relawan lain sudah tidak ada di beranda rumah pak Wahyu maka artinya sudah giliran kami untuk beranjak pula.

​

Hingga sekarang, energi positif yang didapatkan dari kegiatan ini terus membuat hari saya segar.  Dengan segala kerendahan hati, saya ingin berterima kasih kepada kegiatan ini karena telah memberikan saya banyak pelajaran, khususnya ucapan ini untuk saudari saya, Darmawati Ayu, yang telah memperkenalkan saya dengan kegiatan ini. Karenanya saya tahu masih banyak orang baik yang peduli pada bangsa dan negaranya, bahwa cinta terhadap negara dan bangsa bukanlah hal yang tabu dibicarakan di lingkaran ini, bahwa karenanya saya dapat mengasah nurani kembali. Peluk hangatku juga untuk abang dan kakak semua yang sudah memberikan penerimaan yang baik, atas sudut pandang yang selalu positif, yang selalu mengapresiasi hal-hal kecil, dan untuk cinta kasihnya. Semoga Tuhan beri kesempatan untuk saya bergabung kembali di kegiatan Bakti Nusantara berikutnya, tentunya jiwa raga ini akan senang.

Vike6
Vike5
Vike1
Vike4
Vike3
bottom of page